Sabtu, 22 Mei 2010

Mencari Kelembutan, Kehalusan dan Keindahan

Dia Yang Lembut, Halus dan Indah menegur aku, " Wajahmu koq begitu sih ? Jelek banget. Apa yang terjadi ? ". Sudah tahu bahwa Dia mengetahui segala sesuatu, aku masih tidak sadar juga. Masih saja menjawab pertanyaan-Nya, " Aku bilang Engkau lembut - mereka bilang Engkau keras. Aku bilang Engkau halus, mereka bilang Engkau kasar. Aku bilang Engkau indah, dan...dan mereka bilang, mereka bilang.......... " Mereka bilang, Aku jelek. Itu maksudmu ? " " Ya, tidak sejelas itu. Tetapi kata mereka Engkau memperbolehkan kekerasan dan perang ". " Sekaligus menjarah dan merampas hak orang dan membakar tempat-tempat ibadah. Dan semua itu atas nama-Ku...". " Ya, ya,... koq bisa begitu ?". " Ya, memang harus begitu. aku ibarat layar luas, putih - bersih. Setiap orang memproyeksikan ' pikirannya ' di atas layar itu. Kalau ada kekerasan di dalam pikiran seseorang, maka yang diproyeksikan juga kekerasan. Lalu yang terlihat kekerasan juga. Kalau ada kelembutan di dalam pikiran seseorang, yang diproyeksikan kelembutan dan yang terlihat kelembutan juga. Sesungguhnya, Aku melampaui segala macam dualitas. Baik kelembutan maupun kekerasan - dua-duanya hanya produk pikiran kalian. Layar luas itu tidak terpengaruh oleh adegan-adegan kekerasan maupun kelembutan ". " Kalau begitu, suka-suka kami ?! Mau keras, mau lembut - semau kami saja ?! Toh adegan-adegan itu tidak abadi. Yang abadi adalah layar luas itu ". - kesimpulanku ngawur. Akupun sadar. Tetapi mau menyimpulkan apa lagi ?. " Terserah kamu. Asal tahu, film 'jelek' diputar di gedung bioskop yang jelek pula. Disanapun Aku ada. Sebagai layar luas Aku ada dimana-mana. Tetapi siapa yang mau mendatangi gedung bioskop yang jelek itu ? Siapa yang akan menonton kamu ? Hanya mereka yang tidak bisa menghargai tontonan bermutu. Sebaliknya, apabila engkau menghadirkan tontonan yang bermutu, maka yang datang untuk menonton adalah mereka yang 'tahu' mutu ". Aku hanya bisa diam. " Nah, terserah kamu, maumu apa ? bermuka masam dan memikirkan mereka yang tidak tahu mutu, mereka yang hanya melihat kekerasan dan kejelekan ? Atau menyiapkan tontonan yang bermutu, dengan harapan bahwa mereka yang hari ini belum tahu mutu, kelak akan mengetahuinya juga ? "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar